Saturday, February 16, 2008

DeKalb Berkabung

Tragedi penembakan di Nothern Illinois University (NIU) mungkin gaungnya sudah sayup-sayup terdengar bagi sebagian besar orang-orang, bahkan seminggu kedepan hari Valentine berdarah inipun akan terlupakan. Tapi tidak semudah itu bagi kami yang menjadi bagian dari kampus yang indah permai ini. Tanggal 14 Februari merubah segalanya...setiap yang pergi akan membawa segelintir memori yang pahit.

14 February...

Aku dan radio mobilku punya hubungan yang dekat sekali, kami nyaris tak terpisahkan. Dialah yang mengisi hari-hariku, menghiburku dan meng update setiap informasi yang kadang aku ga sempat kejar melalui TV atau koran. Seperti biasa hari ini juga dalam perjalanan pulang dari kerja, sang radio yang memberitakan penembakan di NIU yang baru saja berlangsung. Sambil mendengar berita kulihat banyak ambulan datang dari arah yang berlawanan menuju ke rumah sakit. Meski tidak begitu khawatir aku langsung menelpon Mazen, aku tau Mazen kalau jam segini (jam 3.45 pm) sudah di rumah sedangkan penembakan terjadi pada pukul 3 pm. Karena telpon tidak dijawab rasa khawatirpun timbul. Dengan perasaan was was akupun merubah niatku yang tadinya mau singgah belanja dan langsung pulang ke rumah. Setiba di rumah aku langsung marah2 karena telpon tidak dijawab. Ternyata jangankan untuk menjawab, bunyipun tidak!!! Semua jaringan telpon sibuk luar biasa.

Kamipun langsung membuka TV melihat breaking news di CNN sambil melangkah ke teras belakang rumah, terdengar suara helikopter masih menderu-deru...kurang jelas apa itu heli rumah sakit atau helinya pengejar berita. Firasatku mengatakan pasti punyanya wartawan karena sudah 1 jam berlalu dari waktu kejadian. Beberapa jam kemudian telponpun mulai berderang dering dari orang-orang yang mengkhawatirkan keselamatan kami. Alhamdulillah kami semua sehat walafiat...dan terima kasih buat semua saudara2 kerabat dan para sahabat atas keprihatinannya yang sangat peduli dengan kami disini.

15 Februari...

Pagi hari identitas para korban yang mati, dan yang luka2 termasuk identitas penembaknya sudah diumumkan di TV. Dengan perasaan yang sangat kecewa dan sedih luar biasa ternyata nama yang dikenal sama Mazen adalah nama penembaknya, Steven Kazmierczak. Steven pernah mengambil 2 mata kuliah di kelasnya Mazen beberapa tahun lalu. Namun Steven yang Mazen kenal ini bukanlah Steven yang tega dengan brutalnya menembak orang-orang di kampus tanggal 14 Februari lalu, tapi adalah Steven yang baik hati, luar biasa pintar dan memiliki prospek masa depan yang cerah.

Malam harinya aku dan teman2 pergi menghadiri vigil di Duke Ellington Ballroom. Ribuan manusia menghadiri memorial yang dipimpin langsung oleh presiden John Peters, dihadiri juga oleh seorang kongresman dan Jesse Jackson. Acara berlangsung dengan sangat khidmat dan mengharukan. Setelah acara berakhir kami singgah sebentar di bukit dimana bunga2 dan tanda salib untuk para korban digelar. Kulihat ada enam salib dipasang, lima dari enam salib itu berhias bunga dan bernama, sementara yang satunya tak bernama apalagi berbunga. Aku rasa pasti yang keenam itu untuk penembaknya.

Jesse Jackson sedang berpidato

Tiga hari telah berlalu...namun spirit NIU masih terlihat dimana-mana. Orang-orang masih berpakaian merah hitam warnanya NIU dan bendera masih berkibar setengah tiang. Buat keluarga korban, mungkin seiring dengan waktu duka yang dalam akan terlupa. Namun buat orang tua penembak bagaimana dia menapaki hari esok? Salah apa yang mereka perbuat sehingga anak yang dibesarkannya bisa menjadi seorang monster? Motivasi apa dibalik pembunuhan ini mungkin akan menjadi misteri yang tak terpecahkan.

Kita sebagai orang tua hanya bisa berdoa semoga anak-anak kita dijauhkan dari pikiran2 jahat itu. Insha Allah bekal agama yang kita berikan bisa membantu mereka di kemudian hari, sehingga kejadian2 seperti ini tidak akan terulang lagi.

We Love NIU... Go Huskie!!!




Monday, February 04, 2008

What is your name?

Lagi2 postingan ini karena ada dua kejadian yang bikin aku mikir lagi... Emang sih kayaknya otakku sudah bebal bener, ga bisa mikir yang rumit2 lagi, bisanya cuma mikir yang sederhana saja, yah seputar kehidupan sehari2.

Kadang aku suka Ge Er nih, perasaan orang ga mungkin lupa denganku seperti aku yang tidak segampang itu untuk melupakan orang lain. Maklum...aku selalu berprasangka baik terhadap orang lain he he he...

Kejadian pertama beberapa bulan yang lalu. Sedang asik jalan2 liat barang baru di TJ Maxx ada seseorang menegurku dengan ramah sekali. Aku kaget juga sih liat ini orang, selain sudah lama ga jumpa dia juga sudah banyak berubah dari yang kukenal dulu, begitu sintal dan seksi menjadi gendut dan jauh dari menarik. Sebenarnya aku sih ga begitu dekat dengan dia, boleh dikata aku ga mau dekat dengan dia. Alasannya jelas sekali, selain nyebelin orangnya dan yang lebih penting lagi adalah karena dia berpindah agama. Memang bukan urusanku sih dia mau pindah agama, tapi kalo agama dan keyakinanku sudah diserang itu lain lagi kan ceritanya. Dengan bangga dia memeluk agama lain, menghina agamaku yang dulu pernah dipeluknya. Menyalahkan Islam yang terlalu konservatif menurutnya. Gara-gara terlalu konservatif hingga dia ga pernah bisa merasakan pacaran dan tinggal bersama dengan calon suaminya sebelum menikah. Alhasil karena kurang kenal dengan suami, katanya dia tidak tau bagaimana sang suami yang sebenarnya, tau-tau baru menikah sudah kurang ajar, nyeleweng dan akhirnya mereka bercerai. Simpati melihat yang harus dilaluinya akupun ngajak untuk sering2 ke mesjid atau kumpul2 untuk mendapat support. Tapi jalan yang dia pilih lain lagi, maklum di mesjid mungkin ga ada yang lajang atau ga ada yang available diapun memilih tempat ibadah lain yang ada anak mudanya dan yang pasti bulek semua. Dasar nih anak...memang sudah kepepet banget, mau cepat kawin lagi dan dapat green card cari jalan pintas aja.

Pendek cerita...terpana aku dengan pertemuan itu...dia memelukku dengan erat sepertinya kami begitu dekat waktu dulu. Dengan bangga dia menceritakan kehidupan barunya bersama suami buleknya. Selain itu dia juga mengatakan bahwa dia ada berita gembira yang ingin dia bagi denganku. Dengan sok tau akupun langsung nodong...ah kamu hamil ya? Ternyata todonganku meleset. Rupanya dia kembali lagi sebagai seorang muslim, bukan itu saja bahkan suaminyapun menjadi seorang muslim. Tersekat leherku mendengarnya, terharu dan ingin menangis rasanya. Tiba2 sirna semua rasa benci dan sakit hatiku terhadap dirinya. Tanpa kusadari aku datang mendekatinya dan akupun memeluknya dengan erat-erat sekali, seperti merangkul seorang sahabat yang pernah hilang. Pelukanku yang erat terlepas karena ada teguran di belakangnnya, kiranya suaminya. Dengan bangga dia memperkenalkan aku dengan suaminya, katanya..." Honey...this is my friend that I told you before, the one who took me here and there, remember? But...but... what is your name again?!" Busyet!!! Udah segitu panjang cerita rupanya namakupun doi ga ingat!!!

Kejadian kedua...beberapa hari yang lalu, juga sedang asik belanja grocery. Tiba-tiba sosok yang pernah kukenal datang menghampiriku. Dengan riang dia menghampiriku, bercerita tentang anak-anak dan lain2. Katanya dia ingin sekali bertemu denganku lagi, pengen curhat soal suaminya yang ternyata berselingkuh. Dengan perasaan yang cukup prihatin akupun memeluknya, menenangkan dan menghiburnya. Dia meminta nomor HPku, dan diapun memberi nomor HPnya. Sambil dia membacakan nomornya akupun langsung menelpon HPnya supaya nomor aku tertinggal di HP itu nanti. Eh rupanya HP dia screennya rusak. Telponnya bisa nerima atau menelpon tapi nomor yang menelpon ga kelihatan. Akhirnya aku tuliskan nomor HPku di secarik kertas. Dengan tanpa melihat lagi diapun langsung menyelipkan kertas itu ke dalam tas. Pembicaraanpun kami akhiri dengan membuat kesepakatan bahwa kami akan segera bertemu lagi, mungki minum teh atau kopi untuk ngobrol saja. Tunggu saja nanti aku telpon yach...sambil melangkah mengucapkan selamat tinggal. Tak lama kemudian dia kembali lagi...dengan kertas yang dia selipkan tadi, katanya kok ga ada namanya disini? Lho...rupanya doi lupa namaku, orang yang ingin sekali dia curahkan isi hatinya?!

Dua kejadian itu...begitu gampangkah orang melupakanku? Sebegini kecilkah aku sehingga tak ada ruang buat namaku di otak mereka? Buat teman yang pertama, tak ada perasaan berkecil hati. Biar kata aku dan dia ini pernah melewati hari bersama-sama, toh tak kupungkiri disisi lain aku juga ingin menghindarinya ketika dia mulai menunjukkan rasa tidak hormat terhadap kayakinanku. Kenapa pulak aku harus marah kalau dia tidak ingat denganku?

Teman yang kedua...kenapa aku harus tersinggung karena dia tidak ingat namaku? Keinginannya untuk berbagi cerita bukankah itu sudah lebih dari cukup bahwa dia masih terkesan denganku. Orang yang dia ga ingat sama sekali namanya malah menjadi seseorang yang menyejukkan hatinya? Yah memang aku bukan orang yang bernama besar, tak apalah... kalau aku bisa berbesar hati. Apalah arti sebuah nama kalau pemilik nama itu sendiri tak berarti bagi orang lain?

Saturday, February 02, 2008

Dua Hari bersama Larissa

Dua hari ini berlalu begitu mengharukan. Pasalnya Larissa teman lama kami yang berasal dari Brazil sedang berkunjung kesini. Akhirnya setelah sekian lama kami para wanita yang sedang di usia krisis ini berkumpul kembali, menyambut Larissa, bergosip dan bernostalgia.

Begitu melihat Larissa aku langsung mengenalnya, tidak ada yang berubah di dirinya dari enam tahum silam, paling cuma beberapa pounds ekstra. Masih dengan gaya yang sama, tak ada kesan dia kehilangan Inggrisnya, sebaliknya kelihatan semakin fasih. Larissa...dari dulu tidak akan pernah kehabisan bahan pembicaraan. Dari A sampai Z...yang penting tahan saja. Tidak heranlah kalo sehari bersama Larissa tidak cukup, pertemuanpun harus ada babak keduanya.

Sayangnya pertemuan kali ini cuma bisa dihadiri oleh beberapa orang saja. Beginilah nasib di komuniti sekolahan. Selalu ada yang datang dan ada yang pergi. Semetara aku termasuk yang mungkin akan tinggal disini selamanya. Yah harus rela melepaskan yang pulang kembali ke tanah airnya. Sehingga pertemuan ini hanya bisa dihadiri olehku, Pam yang memang asli penduduk sini dan Maimona yang juga tidak lama lagi akan kembali juga ke negara asalnya Mali.

Pertemuan yang singkat, banyak kata yang terucap. Dari mulai anak-anak, kerjaan sampe soal suami. Saling berebut cerita akhirnya obrolan jadi ngalor ngidul. Satu persatu kami mulai curhat...

Aku
Yeah...alhamdulillah aku bertahan, begitu banyak cobaan dan gelombang. Syukurnya aku tak karam. Mudah-mudahan badai yang sudah berlalu itu tak datang lagi.

Larissa
Oh it's so hard to build a family. Kami baru saja selesai dari konsuling-konsuling perkawinan. Satu keluarga, dari mulai aku, suami dan Ana anakku harus minum obat anti depresi. Macam-macam dech persoalannya. Tapi sekarang kami sudah bahagia kembali. Aku sedang belajar berhenti komplein buat suamiku.

Maimona
Oh I don't know...aku rasa tak ada perkawinan yang sempurna. Aku seorang yang feminis, yang sedang berjuang untuk hak-hak wanita di Mali, yang mungkin perjuanganku ini sendiri akan mengorbankan perkawinanku.

Pam
Guys...kalian harus bersyukur...paling tidak kalian ada suami, ada pasangan hidup. Aku belum pernah merasakan perkawinan. Kalian tidak merasakan betapa sunyinya, setiap hari bergaul dengan kalian yang sepertinya begitu dinamik. Ada perkawinan, ada kelahiran, melihat anak membesar, mempertahankan rumah tangga. Aku...jangankan seseorang untuk kukomplein, untuk kucintai saja sosok itu belum ada. Hidupku begitu sunyi...

Ya Tuhan...kadang melihat ke bawah baru kita tersadar bahwa kita sudah berada di atas. Asik melihat ke atas rasanya puncak yang tinggi itu masih belum tercapai juga, sementara begitu banyak anak tangga yang sudah dilewati yang menghantarkan kita setinggi ini. Tidak pernah bersyukur, bagaimana kalau jatuh lagi? Tidakkah lebih baik sering-sering melihat ke bawah, supaya kita lebih berhati-hati? Karena semakin tinggi, cobaan juga semakin berat, begitu ringkih dan rapuh...hanya hembusan angin cukup menjatuhkan kembali kita ke bawah, ke posisi yang sebenarnya yang paling kokoh?

Larissa...biarpun sesingkat ini tapi rasanya berbahagia sekali bisa berjumpa lagi. Kami akan kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya.
Kika...Michelle, Pam, Larissa, aku dan Maimona di Caribou coffe.