Saturday, January 03, 2009

Resep Bahagia Tahun 2009

Sebenarnya lelah juga setiap memasuki tahun baru harus membuat resolusi khusus yang harus dicapai sebelum tahun baru selanjutnya datang lagi. Kadang kala...bahkan sebagian besar resolusi2 tahun yang lalu belum selesai atau belum sempurna kita sudah ditantang untuk membuat yang baru. Apakah setiap menjelang tahun baru kita harus memperbaharui kiat2 hidup? Bukankan setiap perubahan bisa dimulai kapan saja, kenapa harus dimulai diawal tahun? Misalnya... ah mulai tahun baru nanti mau mulai makan sehat dech, ngurangi berat badan, mau lebih alim ah... mau banyak beribadah, mau mulai berhemat dan lain sebagainya? Bukankah dengan menunggu masuknya tahun baru berarti menunda niat2 yang baik itu?

Cobalah kita kaji kembali... di pertengahan tahun tiba2 kita memutuskan untuk mulai hidup sehat, mengurangi makan berlemak dan sebagainya! Karena memulainya dipertengahan tahun berarti waktu yang kita berikan kepada diri kita sendiri juga sedikitkan? Nah kalau target itu tercapai bukankah itu sebuah bonus yang berlipat ganda yang patut kita banggakan? Berhasil menjalani hidup sehat dan mengurangi berat badan dalam tempo yang relatif singkat, ga perlu menunggu setahun untuk menghitung berhasil tidaknya rencana2 itu? Begitu juga dengan iman dan ibadah. Mengapa harus menunggu tahun baru? Bersyukurlah kalau kita diberi umur panjang masih diberi kesempatan oleh Allah SWT kesempatan untuk merubah diri? Kalau tidak??? Wuah berabe dech... wallahu alam...

Memang enak ya menulis atau berkata? Ternyata aku juga demikian... sama seperti manusia lainnya, suka menunnggu atau menunda2. Memulai sesuatu dari awal lebih mudah daripada meneruskan di tengah jalan. Lebih gampang menghitungnya dan jelas arah tujuannya.

Nah tahun baru ini... aku juga sudah lelah membuat resolusi2 khusus. Bukan tak ingin merubah diri menjadi insan yang lebih baik di mata Allah, di mata keluarga dan di mata masyarakat. Namun tak henti2 aku membohongi diriku sendiriku... lalai dan lupa lagi... sehingga janji hanya tinggal janji... dan tahun barupun datang lagi. Aku gagal gagal gagal...

Memasuki tahun 2009 dengan malu2 (malu kepada diri sendiri) aku mulai lagi lagu lama... berjanji kepada diriku sendiri! Satu persatu akupun mulai menulis list2 yang ingin kucapai di tahun 2009 ini, namun di tengah2 menulis aku menemukan artikel dari kompas yang membeberkan rahasia kebahagiaan di tahun 2009. Yang tak lain sebenarnya hal2 yang ingin sekali aku miliki memasuki tahun 2009 dan bahkan untuk tahun2 mendatang! Kalau bisa tujuh resep mencapai kebahagian ini bisa selamanya menjadi milikku, mendarah daging ditubuhku supaya aku bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki...tak hanya bertahan setahun yang setiap tahunnya harus diperpanjang lagi kontraknya, namun sepanjang hayatku.

Tujuh resep mencapai kebahagian itu ternyata dimulai dari "Patience" atau kesabaran, yang kulihat dari dalam diriku ternyata aku tak memilikinya. Di setiap doaku aku selalu memohon kepada Allah SWT agar selalu diberi kesabaran yang tak berbatas. Namun rasanya doaku ini tak pernah kunjung datang... dari hari ke hari, dimana usia juga semakin tua tingkat kesabaranku rasanya semakin menipis. Kadang aku merasa sangat bersalah, kenapa aku bisa menjadi teman yang sangat menyenangkan di tengah2 masyarakat tapi aku tak bisa memberi kesabaran yang sama terhadap orang2 yang aku cintai?

"Gratefulnes" atau rasa syukur. Rasa syukur ini selalu kuucapkan dalam doaku... selesai sholat tak henti aku bersyukur atas semua yang telah aku miliki. Ternyata lebih gampang bersyukur dalam untaian kata dan doa, namun dalam gerak langkahku aku sering lupa... aku selalu meminta lagi... meminta lebih banyak lagi... dikala aku memohon meminta satu dalam hidupku aku lupa dengan sepuluh yang telah aku miliki, aku terfokus kepada yang tak aku miliki, menggerutu tak bisa mendapat yang satu. Masha Allah... ya Tuhan ampunilah aku... jadikan aku ini hamba yang bersyukur.

"Simplicity" atau sederhana. Gampang saja, dengan bersifat sederhana bukankah berarti tuntutan kita juga semakin kecil? Baik itu dari segi materi maupun dari segi spiritual?! Yang satu ini aku ga tau persis dimana posisiku! Kadang aku merasa yang aku ingingkan adalah sesuatu yang pantas dan layak untukku namun dimata orang lain itu merupakan yang luar biasa atau berlebihan. Jadi sederhana ini menurutku tergantung dari mana mata yang melihatnya. Kiatku hanya satu... tak ingin berlebih2an, membeli kalau memang butuh saja. Wish me luck!!!!

"Love" rasa mencintai. Kenapa mencintai bukan dicintai? Karena mencintai seseorang dengan ikhlas juga akan mendapat cinta yang ikhlas. Apakah cinta yang aku miliki ini ikhlas? Terus terang... belum!!! Belum sampai sejauh itu, aku masih pamrih. Masih ingin dengan cinta yang kuberikan mendapat imbalan yang baik nan setimpal. Masih belum bisa mencintai kekurangan2 suami, melihatnya sebagai sesuatu yang lucu dan menarik? Tapi masih melihat kekurangan itu sebagai hal yang menyebalkan dan masih berharap semoga suatu saat masih bisa diperbaiki. Bukankah sebaiknya menerima? Kekurangan itu mungkin adalah bagian yang harus kita tutupi sehingga kita menjadai satu pasangan yang utuh? Begitu juga dengan diri kita... kita juga jauh dari sempurna. Mungkin dengan bisa menerima semua kekurangan2 itu sampailah kita kepada cinta yang ikhlas... yang aku tau aku masih jauuuuuuuuuuuuuuuuuuh.... dan ingin sekali sampai ke titik ikhlas ini sehingga hatipun menjadi damai. Mencintai seseorang dengan kekurangannya dan dia mencintai kita juga lengkap dengan dosa dan kekhilafan kita.

"Giving" atau memberi. Nah ini dia...I feel like I give, and I give, and I give... kalau ini sih rasanya cukup sudah yang aku berikan. Mungkin dalam hal ini bukan jumlah pemberiannya itu, namun tidak menggerutu apa yang telah kita berikan.

"Forgiving" atau memaafkan. Kata orang mudah untuk memaafkan tapi sulit sekali untuk melupakan. Apakah kita sudah benar2 memaafkan seseorang kalau kita masih mengingatnya? Bukankah dengan mengingat itu berarti masih ada dendam di dalam hati? Belajarlah untuk melupakan untuk mencapai maaf yang ikhlas. Jangan melihat masa lalu yang menyakitkan, lupakan... tataplah masa depan bersama2. Seorang temanku pernah berkata, seperti batu dalam genggaman...jangan digenggam terlalu kuat akhirnya bukan saja batu itu tak jatuh namun melukai telapak tangan. Begitu juga dengan memaafkan... jangan terlalu menyimpan dendam, maafkan saja dan lupakanlah... hatipun menjadi lega dan lapang.

"Surrender" atau pasrah... akhirnya... kita sebagai manusia hanya insan biasa yang tak luput dari salah dan dosa, jauh dari sempurna. Kita hanya bisa berusaha, namun Tuhan jualah yang Maha Tahu mana yang tebaik untuk umatNya. Setelah usaha dan doa kita perbuat kepadaNyalah kita kembali, kepadaNyalah kita berserah diri. Karena dengan pasrah berarti kita bisa menerima semua pemberian Allah sebagai takdir. Bagaimana kita berusaha menggapai harta dan jiwa kalau itu bukan milik kita, kalau Allah tidak berkenan kita tidak akan pernah memilikinya. Jadi jangan ngotot... serahkan semua kepada yang Maha Besar! Tuhan Yang Maha Bijaksana...

Semoga tujuh resep diatas ada manfaatnya buat kita semua, jangan jadi tujuh keliling pusingnya. Ayo ga usah tunggu tahun baru untuk memulainya, let's do it now!!! "HAPPY NEW YEAR EVERYONE"....

Monday, November 10, 2008

Uang Saku Kendall

Dimulai dari awal musim panas lalu Kendall sudah mulai menerima uang saku (allowance) mingguan. Seminggunya $5.00. Sebenarnya Kendall belum begitu mengerti uang, atau boleh dikatakan dia belum butuh sama sekali. Tapi uang saku tetap kuberikan untuk melatih Kendall menabung. Sebagai informasi ya...anak2 di Amerika khususnya anak2 SD biasanya ga begitu peduli sama uang karena kebiasaan jajan disini ga sama dengan kebiasaan jajan anak2 di Indonesia. Di Indonesia kulihat dari jaman aku kecil sampe jaman anak2nya sekarang masih sama. Setiap anak mau berangkat ke sekolah selalu dibekali uang jajan untuk membeli makanan/minuman. Namun budaya begitu ga ada disini, pasalnya di sekolah ga ada yang jualan. Anak2 paling dibekali makan siang, atau bayar per bulannya. Alhasil kebiasaan minta jajanpun nyaris ga ada. Pulang sekolah juga begitu...bukan seperti di Indonesia banyak tempat jajanan dekat2 rumah, yang tukang bakso ga berhenti lewat lah, tukang es krim, tukang sate, tukang ini tukang itu...segala macam tukang yang benar2 bikin kantong ortu bocor terus. Syukurnya yang gituan disini juga ga ada. Alhamdulillah!

Nah...setelah Kendall mulai menerima uang saku, seperti dugaanku dia benar2 ga tau mau diapakan uang itu, yang dia tau hanya untuk membeli buku. Syukurlah kalau dia memang berminatnya di buku. Namun lama kelamaan terutama di musim panas, dimana anak2 ga sekolah semakin terasa kok pengeluaran semakin bocor terussssssssss... makanan ringan di rumah ga boleh putus, plus sekali2 anak2 harus dititip...maklum ortunya kerja bo!!! Lama2 makin ruwet juga otakku...aku bernegosiasi sama Kendall. "Kendall boleh ga uang sakunya diputusin, mommy and daddy don't have much money right now". Khadija harus pergi ke baby sitter setiap hari setelah pulang sekolah...Kendall ngerti kan? Wuih Kendall emang benar2 anak yang baik dech...ngerti buanget, dengan berlapang hati dia menerimanya.

Lama kelamaan taktik itu juga ga bertahan lama. Karena ga ada uang saku Kendallpun terpaksa minta uang untuk beli buku, yang kalau dihitung2 mendingan kasih uang saku aja, karena dengan adanya uang saku dia selalu bisa nunggu sampe uangnya cukup baru beli buku. Sedangkan tanpa uang saku kapan aja dia pengen dia minta. Aku terkibuli dengan siasatku sendiri hi hi hi... Hhmmmmm...mikir lagi aku... akhirnya aku tawarkan Kendall ide yang lain. Mulai sekarang Kendall sudah boleh punya "chores" (kerjaan rumah sehari2), setiap chore Kendall dapat 25cent...wuah senangnya dia. Sejak itu dia menjadi super rajin... yang lucunya kalau ada tiga plastik sampah tiga kali juga dia angkat supaya bayarnya tiga kali ha ha ha... kubiarkan saja karena kalau kuhitung masih terlalu kecil jumlahnya dibanding dengan uang saku. Kasihan dech Kendall dia sama sekali ga ngeh bahwa dengan begini sebenarnya dia mendapat lebih sedikit tapi berbuat lebih banyak ha ha ha... tapi ga papalah melatih anak2 untuk menghargai nilai uang.

Hari ini anak2 ga sekolah, baru bagi rapot (Alhamdulillah Kendall is a strait A student). Aku bilang mau ga Kendall rake (sapu) daun2 di halaman itu? Wuah bukan main dia senangnya... dia minta dibayar 25cent per jam ha ha ha... Khadija juga minta uang saku nih...bedanya Kendall ama Khadija kalau Kendall menabung untuk buku, Khadija menabung untuk mainan. Makanya rapot yang diterima juga persis dengan karakter mereka...Kendall WOW!!! Khadija WADOW!!! Emang dech lain anak lain2 sifatnya!!! Ga tega aku dengan upah yang begitu kecil itu...anak2 kuberikan sedollar seorang, padahal rake nya juga ga sejam. malah banyak mainnya lagi... daun2 yang sudah ditumpuk malah berserak lagi dilompat2in. Tapi biarlah...sebenarnya bukan jumlah uang itu pesan yang ingin kusampaikan kepada anak2. Namun sifat untuk menghargai nilai uang yang harus diraih melalui perbuatan, atau paling ga itu menurut ahli keuangan di Amerika Suzie Orman yang paling sering aku dengerin nasihatnya, maksudnya biar cepat kaya, atau untuk belajar ngerem...ngerem apa ajaaaaaaaaa jangan jalannya terlalu kencang!!!

Alhamdulillah...sejauh ini sepertinya taktikku cukup jitu. Paling tidak sampe Kendall sadar bahwa sebenarnya dia dirugikan. Kendall semakin positip menyongsong hari esok, ga sabaran menunggu salju turun supaya dia yang menyekop salju nanti ha ha ha... Aku bilang kenapa ga beresin aja kamarnya?! Jawabnya..."Oh I can't... if I clean it up I can't find stuff anymore ha ha ha... Kendall...Kendall...

Thursday, November 06, 2008

Nilaiku Dimata Khadija

Sebelum tidur seperti biasa Khadija aku suruh baca doa. Kali ini kutanyakan doa apa saja yang Khadija sudah tau? Kan tante Lili suka ngajarin Khadija baca doa? Terus jawab Khadija gini:
"It's so hard for me to understand her" he he he...
Aku jadi penasaran, kutanyakan lagi gimana kalau dengan aunt Hena atau aunt Rabiah, Khadija ngerti ga? Jawabnya sometimes.
"So who do you understand the most then?"
"Abang" jawabnya... " In my brain he is like a full moon"... Wow apa pulak maksudnya nih?
Sambungnya lagi "For me he is like 100%, he is a good English speaking" Wow...aku ga pernah nyangka itu pendapatnya tentang abangnya. Penasaran pengen tau juga nih kalo dia bisa kasih score buat Kendall, berapa pulak score untukku?
"So...if abang 100% , how much do you think I am" tanyaku.
" Oh... I think you are about 7 %" Gubraks!!!

Wednesday, October 15, 2008

Kendall dan Khadija

Kendall...

Biasanya Kendall pergi dan pulang sekolah selalu dengan menggunakan bus sekolah. Hari ini udara benar2 tidak bersahabat. Dingin berhujan... dan kebetulan juga hari ini aku pulang hampir berdekatan dengan jamnya Kendall pulang sekolah. Kasihan membayangkan dia bakal jalan kaki dari tempat pemberhentian bus ke rumah, akupun langsung menunggu dia di pemberhentian bus itu. Tak lama kemudian bus pun tiba... Kendall berlari2 kecil langsung menuju ke dalam mobil. Di tangannya kulihat ada payung... rupanya daddynya ga lupa membekalinya payung tadi pagi. Melihat Kendall berlari menghambur ke dalam mobil kok rasanya hatiku bahagia sekali?! Mungkin tidak semua orang sebahagiaku menjemput anaknya... tapi bagi seorang ibu yang kesempatan seperti ini begitu langka tak heranlah saat ini seperti mendapat peluang emas, betapa bahagianya!!!

Khadija...

Setiap hari Rabu hari "show and tell" nya Khadija di sekolah. Kali ini temanya harus dimulai dengan huruf "M". Malam sebelumnya Khadija sudah kunasihatkan untuk mempersiapkannya. Tapi dia bingung sekali mau mempersembahkan apa buat besok. Dan aku ga mau mempengaruhi pikirannya, biarlah ide semua datangnya dari dia. Tak kusangka ide yang datang dari Khadija. Dengan sangat gembira dia langsung memasukkan boneka domba (stuffed lamb) ke dalam ranselnya..."mommy, I changed Sally's name to Minnie so I can bring this to my show and tell day tomorrow"... Plak... anakku pinter atau cerdik?!


Sunday, October 12, 2008

Rindu Aceh...

Setibanya "wali nangro" Hasan Muhammad di Tiro (Hasan Tiro) di tanah rencong rasa rinduku kepada tanah yang sama juga semakin mendera. Tak bisa membayangkan bagaimana pak Wali bisa melewati tiga dekade tanpa pernah menghirup udara Aceh. Baru saja di awal tahun 2006 aku kembali berkunjung ke Aceh dan berlibur bersama anak2 selama dua bulan, namun rasanya sudah berabad yang lalu kutinggalkan, kerinduanku ke negeri serambi mendera kembali.

Aceh tanah lon sayang...begitulah kami selalu menyebutnya. Memang tidak mudah untuk dilupakan. Sekali anda menghirup udaranya, anda selalu ingin kembali kesana. Konon lagi kalau udara itu dihirup dari detik anda hadir di dunia ini? Tak ada yang bisa memutuskan cinta kasihmu terhadap tanah leluhurmu...kecuali dirimu sendiri, yang mengingkari bagian dirimu yang menjadikanmu saat ini. Tanah leluhur selalu setia menanti anda untuk kembali. Meski masih banyak saudara2 disana, kita harus realistis...bahwa suatu saat semua akan pergi...tapi tanah air tetap disana menantimu.

Di mesjid Baiturahman pak Wali kembali dielu2kan oleh masyarakat Aceh, di mesjid itu pula akad nikahku diucapkan, mesjid agung keramat itu yang mengantarkanku tiba disini. Siapa bisa melupakan "kuta raja" ini, kalau setiap tempat dan hampir setiap sudut pernah kupahat sejarah dan kenangan? Dan hampir setiap umat seantero Aceh aku kenal?

Aceh kutinggalkan di pertengahan tahun 1995. Bukan saja saudara2ku yang menangis melepas kepergianku. Aceh pun berduka! Sungguh...Aceh bergejolak, Aceh menangis semua berawal di tahun2 kepergianku. Begitu tanah rencong kutinggalkan, dia tak pernah sama lagi.

Diawali dengan krisis moneter hingga bergejolaknya perang yang menuntut Aceh Merdeka, disusul dengan referandum. Pemerintah Indonesia kemudian menurunkan militer2nya di Aceh sebagai daerah rawan, gawat darurat yang benar2 menyulitkan kepulangan kami ke tanah air. Kemudian gempa tsunami meluluh lantakkan tanah Aceh, mengambil ratusan ribu nyawa yang sebenarnya sudah banyak habis akibat perang, dan akhirnya diberikannya otonomi khusus oleh pemerintah Indonesia Aceh sebagai negeri bersyariah. Cukup sudah air mata yang terkuras oleh masayarakat Aceh, cukup sudah harta dan jiwa terampas!

Bayangkanlah...kejadian ini semua terjadi setelah kutinggalkan! Aku tidak pernah merasakan hidup dalam ketakutan yang dialami orang2 Aceh pada masa perang. Dimana hampir setiap malam selalu terdengar suara ledakan atau tembak2an. Ketakutan keluar di waktu malam. Dalam masa rawan itu...aku ada berkunjung ke Aceh beberapa kali... aku masih ingat Khadija sakit panas tengah malam. Perjalanan membawa Khadija ke dokter cukup menegangkan. Di dalam mobil kami selalu berdoa, di malam gerimis itu... hampir setiap jarak 1 kilometer kita harus berhenti diperiksa oleh militer dengan senapan yang jelas sekali diarahkan ke kita. Proses pemeriksaan ini bagi yang belum pernah merasakannya selalu merasa hidup dan matinya dikompromikan saat itu. Paling tidak itulah yang aku rasakan... karena di setiap pemberhentian kita tidak tahu pasti siapa yang menyetop kita sampai kita benar2 diperiksa. Alhamdulillah selama aku disana semua terlewati dengan aman, meski tak seharusnya aku melalui masa2 itu.

Kunjunganku tahun 2004 di masa gawat darurat. Aceh masih dibawah pengawasan militer. Setiap minggu anak2ku yang berpasport Amerika harus melaporkan diri ke kantor polisi, yang bukan saja menyita waktu dan biaya, bahkan air mata?! Kok bisa sebegini sulitnya...anak2 yang masih berbau kencur saja dipertanyakan kehadirannya... begitu tertutupnya Aceh kepada dunia luar.

Di penghujung tahun 2004 Acehpun hancur...habis dilebur ombak tsunami. Masha Allah... baru saja beberapa bulan berselang setelah kutinggalkan. Meski tidak pernah mengalami secara langsung semua kejadian2 yang maha dahsyat itu, tidak sedikitpun mengurangi kecintaanku kepada tanah air. Tidak sedikitpun aku merasa bahwa bagian dari ke Acehanku berkurang...tidak sama sekali. Bahkan... rasa cintapun bertambah dalam. Jeritan tangis masyarakat Aceh, kurasakan lebih berat disini jauh di rantau orang. Perasaan tak bisa berbuat banyak untuk tanah air membuat diriku lebih tersiksa lagi.

Kini Aceh telah damai...pak Walipun akhirnya kembali menginjakkan kakinya di bumi Seulawah. Bagaimana pak Wali bisa membunuh kerinduannya kepada tanah leluhurnya selama ini tak ada yang bisa memahami kecuali beliau sendiri... karena hanya aku sendiri jualalah yang tau bagaimana rasa rinduku kepada Nangro Aceh Darussalam. Hasrat untuk kembali ke tanah air begitu menyiksa! Insha Allah... dengan damainya Aceh kunjungan kami berikutnya akan lebih mudah. Selamat datang pak Wali...

Bersambung...

Wednesday, October 01, 2008

Malam Takbir

Denting takbir kali ini jauh berbeda dengan yang sudah2, iramanya rame, meriah dan berisik. Pasalnya hadiah lebaran untuk Kendall tahun ini adalah gitar. Meski puasanya Kendall bolong 6 hari tapi dia memang pantas dapat hadiah yang bagus, dan gitar emang sudah lama sekali diidamkannya. Jadilah malam sebelum lebaran ini sambil bertakbir yang kami ikuti melalui online dilatar belakangi dengan genjreng-genjreng suara gitar Kendall.

Sementara Khadija sudah cukup puas dengan boneka berambut pirangnya yang dibeli di menit-menit terakhir. Hadiah buat Khadija ini bukannya aku menyepelakan Khadija dech...tapi Khadija setiap ditanya mau apa selalu berubah2...yang diinginkannya kebetulan sedang ga ada di toko. Akhirnya aku serahkan saja ke Khadija dan membiarkannnya memilih sendiri, dan pilihan jatuh ke si cantik molek yang berambut pirang ini.

Nah...kalau anak2 dapat hadiah itu apalagi buat emaknya?! Masha Allah.......... tahun ini emang benar2 lebaran dech! Syukur tak henti2 kupanjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan kemudahan yang diberikan... belahan jiwa menghadiahkanku sebuah mobil... no kidding... muobilllll!!! Yach... sebenarnya emang kebutuhan yang sudah mendesak sih. Mobilnya Mazen sudah mengulah. Sebelum menggrogoti kocek terus menerus mendingan beli baru aja sekalian. Jadinya mobilkupun turun tahta menjadi milik Mazen, dan aku dapat yang baru. Yach sekalian ajah bilangnya hadiah lebaran... terima kasih "hon"... Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillah...

Malam takbiran yang penuh rahmat... aku tak mau terbawa emosi yang hanya akan menguras air mata saja. Setelah tuntas pembukaan2 akupun bergegas pergi pesta... pengennya sih pergi keluar takbiran seperti di Aceh, yang setiap malam takbiran seperti pawai...semua orang keluar dengan kendaraannya sambil membaca takbir. Apadaya... yang begituan tidak ada disini. Aku memilih mengikuti gerombolan Pakistan yang berpesta pora sebelum hari lebaran.

Masyarakat Pakistan malam lebaran selalu menagadakan hena party (malam berinai/pake pacar). Pesta ini biar hanya dihadiri segelintir orang2 tapi bukan main glamournya yang datang. Semua hadir dengan pakaian mereka yang terindah, perhiasan yang berjuntai2... pokoknya gebyar dech!!! Biasanya acara diiringi dengan menari2 sambil menabuh gendang, tapi kali ini karena pestanya diadakan di rumah sister Khairunisa yang di dalam masyarakat Pakistan mereka juga termasuk yang super alim, jadi segala macam musik tidak dizinkan di rumah itu. Namun demikian acarapun berlangsung dengan meriah. Sere ketumbar jahe... semua sibuk ngobrol dengan bahasa Urdunya, aku juga asik dengan makanan ringannya...

Malam semakin larut... takut ga kebangun besok pagi untuk menghadiri salat Eid, akupun mengundurkan diri. Kembali pulang ke rumah kudapati semua sudah pulas.

Esok paginya kita sholat di mesjid dan begitu selesai langsung menyerbu ketupat di rumahnya keluarga Lambogo. Allahu Akbar...Allahu Akbar...Allahu Akbar...Wallila Ilham... Selamat Lebaran semuanya, mohon maaf lahir dan batin. Mungkin ada perkataan yang salah dan tidak berkenan di hati para pembaca yang budiman mohon dimaafkan... percayalah semuanya pasti tidak disengaja. Saya juga mohon dimaafkan sering berkunjung ke blog teman2 kadang lupa menyapa, nyelonong masuk aja meski itulah resikonya bikin online jurnal, tapi tetap saja maapin yach! Atau kadang saya sering disapa tapi tidak sempat menyapa kembali...maap...maap...
Minal Aidzin Walfaizin...........
kika... sister Maimona, Sarya, aku, Hena dan Fauzia

kika... Hena, aku, Naima dan Forkhunda

Mbak Srie sedang ditato ama dukun tato...

Ini dia...first lady nya Mali...

Thursday, September 18, 2008

Tragedi Pasuruan

Kan ga perlu kejar tayang... ini hanyalah blog belaka... yang tulisannya ga bisa dimuat di koran. Jadi kapan aja mau ditulis yah sah2 saja, ga ada bos yang ngomelin kenapa lama sekali tulisannya keluar. Jadi biarlah ini sekedar bacaan menanti beduk berbuka!

Bagiku tragedi Pasuruan yang mengenaskan bukan saja potret buram kemiskinan di Indonesia, namun potret buruk mental bangsa. Masha Allah...niat baik keluarga dermawan yang ingin membagi2kan rezekinya malah membawa musibah! Maha Besar Allah...yang mengetahui segalanya, apa gerangan hikmah yang bisa diambil dari kejadian itu? Bayangkan ibadah di bulan suci malah mendapat bala, konon lagi kalau punya niat jahat di bulan yang penuh keajaiban ini.

Bukankah dalam Islam diajarkan untuk jangan beria-ria? Termasuk dalam hal bersedekah, ibaratnya kalau memberi dengan tangan kanan jangan sampai tangan yang kiri tau. Tapi ternyata kita hanyalah manusia biasa, insan yang diciptakan Allah yang punya perasaan ingin dihargai dan ingin diakui identitasnya. Begitu juga yang ingin dirasakan oleh keluarga dermawan itu. Bagaimana tidak...ada uang 50 juta mau dibagi2kan kok mau diam2 saja. Memang serba salah...mau diam2 ntar bisa mendatangkan fitnah. Para tetangga suka bergosip...kok sudah kaya begitu ga mau sedekah? Demi menghindari fitnah dan menyelematkan para tetangga dari dosa bergunjing lebih baik sedekah ini dipublikasikan saja. Niat yang tadinya untuk meninggalkan nama baik di kelurahan malah terbalik dan seantero dunia mengutuk beliau...Masha Allah!!!

Manusia memang kalau memberi apalagi pemberiannya yang besar kalau bisa semua orang tau, tapi kalau pemberian itu kecil diam2 saja, malah kalau bisa memilih anonymous atau dengan pedenya memilih nama "hamba Allah". Aku ingat waktu masih tinggal di Malaysia ada suatu kejadian. Tetangga dan sekaligus temanku yang paling baik terkena musibah, mobilnya terbakar. Dua hari kemudian selebaran sumbangan didatangkan dari rumah ke rumah. Kebetulan selebaran itu datang ke rumahku setelah melewati beberapa rumah. Jadi otomatis namaku akan masuk ke urutan yang tengah2. Kulihat nama teman2 diatas dengan jumlah uang yang disumbangkan. Yang sumbangannya besar menulis namanya besar dan jelas, sedangkan yang kecil menulis namanya kecil dan samar2 sehingga sulit terbaca, bahkan ada yang langsung aja menulis nama hamba Allah. Terus terang aku juga termasuk golongan yang menulis nama hamba Allah (duh malu2in nih...). Pada saat itu kami benar2 di posisi yang ga bisa memberi banyak, keuangan sangat terbatas, sekolah ga pake beasiswa! Bagai hendak memakan buah simalakama! Mau tulis nama malu, ga tulis ntar dipikir aku ga nyumbang pulak...serba salah dech! Akhirnya pede aja ini pemberian iklahs dari hamba Allah... Emang dasar... kenapa sih pemberian yang kecil dengan beraninya kita membawa nama Allah, tapi kalau sudah besar malah lupa? Dengan jelas kita menulis nama lengkap dan alamat supaya yang menerimanya tau bahwa itu dari kita? Padahal rezeki yang kita bagikan itu datangnya dari Allah? Tapi pada saat membagikannya kita lupa membawa nama Sang Pemberi itu?

Memang sulit berbuat baik kalau tak ada yang peduli. Tapi kita bukan sendiri... contohnya saja Oprah wanita terkaya di dunia yang begitu pemurahnya membagi kekayaannya buat orang lain. Tapi tentu saja setiap uang yang akan disumbangkan harus melalui acara TV nya agar seluruh jagad raya mengetahuinya... apakah kurang uang yang sudah dia berikan? Apakah kurang ketenaran yang dia peroleh? Tentu saja tidak...manusia tak pernah puas!

Dengan sangat malu aku mengakui bahwa ternyata aku juga pernah masuk dalam potret buruk mental bangsa itu he he he... Mudah2an semua ini menyadarkan kita. Selalu ingat...bahwa memberi itu selalu lebih baik daripada menerima. Sudah pernah rasa ga jadi penerima? Kenapa orang diberi sumbangan sering menangis terharu dan sedih menerima pemberian, sedangkan yang memberi ga pernah menangis? Karena perasaan memberi itu selalu membahagiakan hati, apalagi melihat yang menerimanya senang, berterima kasih kapada kita serasa ingin memberi lagi kan? Awas lho...kalau perasaan ini tidak ada berarti anda belum ikhlas!!! Sedangkan yang menerima sering menangis.... karena sesungguhnya menerima itu sangatlah berat! Percayalah saudara2 kalau ada pilihan kita tidak mau meminta, kita tidak mau menerima!

Tragedi Pasuruan semoga menjadi pelajaran buat kita semua. Semoga para korban yang pergi mendapatkan tempat yang terbaik disisiNya. Juga buat sang dermawan hanya Tuhanlah yang tau tempat yang terbaik untuk beliau. Selamat menanti berbuka... jangan lupa membayar zakat melalui jalur yang benar!