Monday, July 21, 2008

Kota Hantu...Ultah Pam

Hari ini ulang tahunnya Pam. Aku ingin sekali membuat hari ultah ini yang paling istimewa buat Pam, karena Pam benar2 seorang sahabat yang paling baik, tahun ini juga Pam akan melepas masa lajangnya dan sebelum diboyong sama calon suaminya ke Uganda kami ingin menghabiskan saat ini sampai ke titik darah penghabisan bin gila2an.

Sambil menunggu acara ultah nanti malam kami putuskan tur hari ini hanya di sekitar sini, yang tidak begitu jauh. Tidak disangka...pilihan yang hanya untuk menghabiskan waktu sambil menunggu malam tiba ternyata pilihan yang paling jitu. Malah seharusnya kunjungan kesini harus dimasukkan sebagai tujuan utama, bukan kunjungan sampingan.

Latar belakang kota hantu, lihat rumah penduduk yang tak terhuni. Si hitam berkacamata ini buka hantunya lho!

Kota berhantu "Ghost Town" San Pedro cuma 40 menit dari kota. Kota tambang yang lokasinya di atas bukit. Perjalanan kesana cukup mengguncangkan, maksudnya memang benar terguncang2...melewati banyak perkampungan, jalanan berlubang2, panas dan berdebu. Selama perjalanan aku ga tau apa mobilnya ada AC atau tidak, mau minta dihidupkan AC segan, maklum Ale seorang single mom, meskipun segala macam akomodasi aku dan Pam yang menanggungnya tetap saja aku merasa kelewatan kalau terlalu banyak meminta. Jadi demi menghindari debu yang nyaris menutupi penglihatan kami harus menutup jendela rapat2, di dalam mobilpun serasa sedang mandi sauna.

Jalanan ke bukit yang terjal tanpa batas di sisi jalan. Hanya beberapa inci memisahkan kami dan jurang. Pam memilih untuk duduk dibelakang untuk keamanannya, sedangkan aku...eh aku kan orang Aceh udah biasa nih dengan jalanan yang ga jelas lalu lintasnya! Sampai disana, mendapati pemandangan yang cukup indah, sirna semua ketakutan dan debu yang harus kami lewati tadi. Kota tua berhantu berkesan tak berhantu, malah sebaliknya ramah dan indah. Begitu memasuki kota ini aku begitu terharu, membayangkan Mexico kota inilah yang ada dibenakku.



San Pedro adalah kota tambang emas dan perak yang ditemukan tahun 1592, terbengkalai hampir lima puluh tahun lalu. Meskipun kota ini sudah dibuka kembali kelihantannya akan mengambil waktu yang cukup lama untuk bisa dijadikan pemukiman kembali. Mungkin karena sarana transportasi belum memadai dan sumber air yang sangat terbatas sehingga hanya penambang saja yang datang kesini, selain turis. Kota yang persis diatas bukit ini begitu indah menurutku, kota kecil seperti dalam dongeng, begitu sepi. Semua bangunan dan rumah penduduk tertutup dan terkunci, terabaikan bertahun2 lamanya. Meski di bawah kaki bukit tambang masih berfungsi, namun hanya segelintir orang2 kulihat.

Tak banyak yang bisa dilihat, dengan mobil hanya beberapa menit kota sudah habis dilintasi. Tidak ada restoran atau toko2 yang bisa dimasuki untuk istirahat atau belanja. Persediaan air minum kamipun cukup terbatas. Diatas bukit persis di bawah teriknya matahari tak tahan juga untuk berlama2. Setelah puas berfoto2 kamipun bergegas meninggalkan kota tua San Pedro. Pulang istirahat untuk merayakan ultah Pam.

Ulang tahun Pam...

Ale sudah membuat reservasi malam ini di sebuah restoran di tengah2 kota. Selain aku, Pam dan Ale, Claudia kakaknya Ale juga ikut memeriahkan. Rupanya hari ini Pam tak seorang yang berulang tahun. Sedang asik menapaki jalan ke resto kulihat ada seorang gadis cantik, bagai seorang putri duduk di kereta kencana menunggang kuda, dengan gaun mewahnya. Rupanya budaya Mexico ketika seorang putri memasuki usia 15 tahun adalah hal yang paling istimewa. Bagi keluarga yang mampu perayaannya seperti ini. Putrinya dibawa keliling kota dengan kereta kuda, sedangkan bagi yang tak mampu tetap harus dirayakan semeriah menurut ukuran mereka. Pokoknya 15 tahun adalah ulang tahun yang paling besar. Beda ya sama kita, kalau kita 17 tahun baru dianggap dewasa, disini mungkin orangnya lebih cepat matang, atau dipaksa untuk lebih cepat dewasa he he he...

Restoran malam ini, duh aku benar2 lupa dech namanya! Pokoknya bagus sekali. Lokasinya di atas atap bangunan, bersampingan dengan atap gereja yang di malam hari sinar lampunya memberikan warna yang bagus sekali. Dari atas atap ini hampir di setiap mata memandang memberi pemandangan yang indah. Begitu romantis...sesaat aku merasa bersalah menikmati liburan ini seorang diri!

Untuk memeriahkan acara kami semua memesan pina colada minus alkohol. Pam, Ale dan Claudia tidak minum alkohol karena mereka memang relijius, sedangkan aku... tak usah diperjelas lagi... haram... haram... haram!!! Makanan yang kami pesan bermacam2, maksudnya biar saling rasa2an. Sebagai pembuka kami mulai dengan chips and salsa plus guacamole. Begitu makanan utamanya tiba, perutpun sudah hampir kenyang. Alhasil makanan harus dibawa pulang. Jangankan untuk menyantap habis semua makanan tadi, untuk jalan pulangpun sudah tak sanggup lagi. Dengan gontai kami kembali ke mobil, melewati jalan yang dua kali lipat jauhnya, dengan niat mau membakar semua kalori yang baru saja kami lahap. Pengennya mau menghabisi malam ini dengan ikut gabung orang2 yang menari-nari di pusat kota, apa daya badan ini sudah lelah...lelah...lelah... besok pagi perjalanan panjang sudah dalam agenda. Kami harus kembali pulang. Selamat ulang tahun Pam, sahabatku tercinta. Semoga ulang tahunmu hari ini menjadi ultah yang paling berkesan untukmu. Tak kusangka dalam perjalanan ini banyak hari-hari yang kita lewati bersama. Semakin aku mengenalmu, semakin menarik kulihat dirimu Pam, betapa engkau seorang pribadi yang luar biasa. Aku pasti akan kehilangan kamu. Insha Allah aku bisa juga mengunjungimu di Uganda nanti. We'll see...we never know!!!

Sunday, July 20, 2008

Villa de Reyes

Tour kami hari ini ke sebuah desa yang namanya Villa de Reyes, tidak begitu jauh dari kota San Luis. Sampai disana ternyata guide tournya sudah menunggu. Mereka dengan sangat gembira menyambut kedatangan kami.

Memperkenalkan diriku sebagai turis dari Indonesia lebih menarik perhatian mereka daripada dari Amerika. Dengan penuh kekaguman mereka memintaku mengisi buku tamunya. Bayangkan aku dari benua lain bisa sampai ke desa kecil ini! Di buku tamu itu kulihat bahwa kami adalah pengunjung kedua, sedangkan yang pertama hampir tiga bulan yang lalu. Ga heran kalau mereka begitu tersanjung dengan kedatangan kami.

Amigo (pembawa tournya, aku lupa namanya nih, panggil aja amigo ya, yang berarti teman untuk laki2) memulai tournya dengan menceritakan sejarah "hacienda" ini yang sudah berusia 400 tahun lebih. Hacienda begitu populer di sejarah Mexico, yang kira2 kalau diartikan seperti sebuah villa, bungalo atau rumah peristirahatan. Hacienda yang ini dimiliki oleh Jerman yang kaya sekali. Di villa ini juga dia memiliki pabrik dan peternakan, dimana banyak penduduk lokal yang bekerja buat tuan tanah ini. Ntah bagaimana ceritanya... mungkin menurut pemerintah Mexico tempat ini tidak begitu historical sehingga villa beserta lahan tanah yang begitu luasnya dijual kepada swasta, tidak lain adalah ayah dari amigo.

Pam, Raul, Ale, Edy, Elaine dan amiga (kakaknya amigo) beserta putrinya


Di teras dalam villa

Di tengah2 penjelasannya sang amigo harus pergi meninggalkan kami, dan tur diambil alih oleh kakaknya. Sedangkan amigo asik dengan dua senorita (panggilan untuk wanita yang belum kawin/nona), dalam hati aku merasa lega bahwa bukan kami saja customernya. Ga lama kemudian kamipun bergabung dengan senorita2 ini menuju ke bendungan yang lokasinya jauh dari villa ini dan letaknya diatas gunung.

Perjalanan ke gunung sana dengan mobil pick up truck. Kita semua duduk di belakang, rupanya begini kalo pergi tur kelas ekonomi he he he... waktu KKN dulu aja aku ga sempat duduk di belakang gini, seperti tamu VIP aja aku malah duduk di depan bersama pak supir...aku ingat waktu itu aku ga berhenti2 ketawa kegelian duduk di depan mobil truk, rasanya tinggi sekali he he he... sementara teman2 yang lain duduk di belakang! Sekarang aku duduk disini ga habis2nya aku tertawa geli... di panas yang cukup terik, perut kosong...luapar minta ampun, badan terguncang2... setiap posisi aku coba supaya pantatku ga sakit, begitu aja mulai dapat posisi yang sedikit empuk terguncang lagi...berubah lagi. Aku pasrah...bayangin orang2 Mexico yang berjuang hidup untuk melewati perbatasan menuju Amerika mencari kehidupan yang lebih baik. Setiap hari kudengar cerita...dari sekian banyak yang coba masuk hanya beberapa yang berhasil... Aku ga boleh ngeluh!!! Ini vacation yang penuh adventure missy!!! Aku hanya bisa berdoa supaya truck yang sudah ngos-ngosan ini ga turun lagi setiap kali mencoba mendaki gunung. Juga, aku berdoa supaya kami semua bisa pulang dengan selamat tanpa sesat! Di bukit gurun ini jalan yang kami lalui bukannya jalan berjejak atau jalan yang sudah dibuat untuk dilalui kendaraan, hanyalah padang kaktus yang berbatu2. Supirnya mungkin sudah pengalaman atau pake naluri barangkali...

Padang gurun...berkaktus...

Setiba disana...ternyata hanya sebuah bendungan. Lho...kan emang sudah dibilang bendungan? Maksudku...kok bela2in amat mau liat bendungan? Kalo ini mah di Aceh juga ada he he he... Ga papa dech...nikmati saja. Mudah2an saja air minum yang cuma setengah galon ini cukup buat kami semua, mengingat betapa panas dan keringnya hari ini.

Amigo mengajak kami semua masuk ke terowongan di dalam bendungan. Masuk ke terowongan ini sedikit berbahaya. Setiap orang harus pegang2an dan harus merapat ke dinding, jangan terlalu banyak bergerak karena bisa2 jatuh ke bawah yang cukup dalam. Melihat terjalnya ke bawah, gelapnya di dalam sana dan membayangkan tingginya tangga yang harus dilalui untuk keluar dari bawah situ aku memilih untuk tidak ikut saja. Mendingan aku tunggu di luar sini, duduk di bawah pohon dengan tiupan angin sepoi2, melihat rupa2 kaktus dan menikmati kuda yang sedang merumput. Salah seorang senorita juga memilih menunggu bersamaku, cuma... oh oh oh... olala... kok senorita memeluk erat tubuh amigo? Melumat habis bibir amigo? Sambil mengucap adios mi amor (bye bye my love...)?! Gubraks...sialan...senorita yang kukira turis sepertiku ternyata pacar amigo!!!

Ketika matahari hampir terbenam kamipun kembali ke villa. Perutku sudah meronta2, bayangkan dari pagi tadi yang katanya mau makan baru saat ini nampak tanda2nya mau mulai makan. Kulihat mereka mulai mengatur meja di serambi villa. Senorita dan amigo sibuk menyalakan api untuk membakar jagung, ya Allah... baru mulai dibakar?! Makanan satu persatu dikeluarkan, dimulai dari spagheti dan green salad. Lho...mana tortillas nya (roti tipis yang bulat seperti cane, makanan sehari2 orang Mexico)?! Kemudian menyusul Mexican Rice (Orang Mexico memakan nasi sebagai lauk, sedangkan tortillas adalah makanan utamanya, makanya ga heran nasi selalu disediakan dalan jumlah yang sedikit sekali), bean (kacang merah yang harus selalu ada di dalam menu Mexican), sup dan BBQ daging, dan akhirnya tortillas pun datang. Semakin tajam bau harum masakan, semakin menjerit tembolokku... tapi seorangpun belum ada yang memulai. Oh God... apa kami harus menunngu sampe jagung selesai dibakar? Setengah jam sudah berlalu, jangankan api, asappun ga ada... amigo sibuk mengipas2!!! Please....please... ini udah cukup kok...di DeKalb banyak jagung kok amigo!!!

Alhamdulliah...akhirnya Elaine (ibunya Ale) memecah penantian, langsung meng embat habis makanan... ga peduli jagung bakar!!! Amigo pun menyerah...semua menyantap yang ada di meja. Perut kenyang... malampun turun... kami akhiri tur ini dengan berjuta memori! Apalagi adegan hot amigo jadi pengen pulang ke pangkuan hubby hua ha ha...

* Pria bertopi diatas, bukan amigo...tapi pak supir.
* Foto bunga disamping ga ada hubungannya dengan cerita, tapi aku suka ajah!!!

Saturday, July 19, 2008

Kota San Luis

Maaf fotonya agak gelap, diambil menjelang magrib.

San Luis Potosi state letaknya di tengah2 Mexico, dikelilingi gunung2 dan jauh dari pantai. Karena letaknya yang jauh dari pantai maka kelembaban udaranya juga rendah. Seperti sore ini udaranya terasa begitu sejuk dan kering.

Sebelum menginjak kaki di negeri sombrero ini aku juga sudah menggoogle duluan. Supaya ada ide dan ga kaget. Dari berbagai macam images yang aku google kelihatannya kota ini tidak banyak yang bisa ditawarkan (ternyata mas google oong dech !!). Banyak sekali yang bisa dilihat dan semuanya begitu menarik bagiku untuk diamati, dipelajari, diresapi dan dihayati.

Pusat kota begitu ramai, kelihatan segala macam aktifitas berpusat di tengah kota. Meski mas google oong tentang imagesnya, ternyata info tentang kota ini yang penuh dengan gereja dan katedral begitu akurat. Dimana2 gereja, hampir di setiap sudut. Begitu indah, memberi kesan bahwa penduduk disini begitu relijius.

Yang menarik perhatianku adalah wajah2 penduduk. Mengingatkanku dengan film2 telenovela Maria Marcedes, Cassandra yang waktu jaman dulu ga pernah ketinggalan aku tonton. Rasanya orang disini kok cakep2 banget, seperti blasteran semua. Bisa dibedakan yang berkulit coklat pasti berasal dari Selatan masih ada keturunan Maya, Inca atau Astek, sedangkan yang berasal dari utara pasti sudah blasteran dari Spanyol, kulitnya putih.

Selain asik melototin orang yang lewat, jajanan pasarnya juga tak kalah menariknya buatku pelototin. Kalau di Indonesia pasti aja aku udah nongkrong di pingkir jalan, mas...mas bakso dong!!! Disini...hola amigo tolong tamalinya dong...duch kok rasanya belum berani?! Akhirnya kita makan di subway aja, feels like home...harga dan rasanya sama!!! Kemudian kita nyambung ngopi di restoran hotel sambil dihibur oleh anak2 sekolah yang menyanyi mariachi.

San Luis Potosi

Pesawat mendarat dengan mulusnya, Alhamdulillah syukur kupanjatkan kehadirat Allah SWT ga kebayang akhirnya sampai juga aku ke tanah Mexico ini. Urusan custom lewat dengan mulusnya, di penghujung kulihat Alejandra (baca: Alehandra) dan Pam yang sehari sebelumnya sudah tiba lebih dulu menyambutku dengan serangkai bunga. Cipika cipiki muah...muah... menitik juga airmataku ketika kupeluk Ale, ga nyangka bisa ketemu lagi!

Jalanan berlubang-lubang, becek dan basah. Mexico sedikit seperti yang kubayangkan. Perjalanan dari bandara ke rumah Ale melalui desa2 kecil. Pemandangannya cukup menarik bagiku. Tanah gurun dengan pohon2 kaktusnya, rumah penduduk yang terbuat dari tanah liat. Dimana-mana anjing berkeliaran atau nongkrong di atap rumah, cuma saja anjingnya biar dekil dan kumal tapi bulunya lebat bukan main. Yang kalo di Indonesia pasti anjing yang mahal2 itu lho! Sapi, kuda dan keledai bersliweran di jalan ga ada aturan!!! Aduh kebeyang dech serasa aku sedang main film Indiana Jones aja... bedanya aku ga nunggang kuda, tapi naik mobil sedan kecil yang menurutku sudah agak tua juga. Lubang jalanan dan mobil tua, lengkaplah serasa naik kuda...kupegang erat pegangan di atas pintu takut kelempar keluar he he he...Ale nampaknya sudah mahir sekali dengan medan begini, jalannya pake ngebut lagi sementara aku terantuk-antuk terussssssss!!!

Soledad tempat tinggalnya Ale sedikit kumuh, kotor dan berdebu, jalanan kecil tapi bus dan angkutan besar juga ga henti2nya lewat. Sekilas serasa seperti di tanah air saja. Kudapati rumahnya Ale tidak seperti yang kubayangkan. Rumah tradisional spanyol yang aku impikan ternyata rumah modern seperti rumah2 layaknya di Indonesia. Berlantai keramik, dinding beton dengan hiasan rumah yang sederhana. Disana kedua putra Ale, Raul dan Eduardo sudah menunggu. Wah Raul kecil sudah lajang, dengan suaranya yang sudah mulai pecah dia menyapaku. Dia sama sekali ga ingat denganku, tapi bahasa Inggrisnya masih lumayan bagus.

Begitu sampe aku dipersilahkan istirahat dulu, mengingat aku berangkat dengan pesawat tengah malam yang nyaris semalaman aku ga tidur. Aku dan Pam ditempatkan di kamarnya Raul dan Edy. Akupun coba tidur sejenak...baru saja mau terlelap aku dikejutkan dengan bunyi yang ribut sekali. Seperti bunyi kaleng2 digebukin bikin bising. Kucoba tidur lagi, ga lama kemudian bunyi lagi begitu seterusnya sampe akhirnya aku nyerah! Ya udah mendingan bangun aja sekalian. Tadinya aku agak kesel juga dengan bunyi2 itu, aku mengira anak2nya yang bikin ribut ternyata bunyi itu dari luar pertanda gerobak kuda atau keledai mau lewat untuk mengangkat sampah. Yang tadinya mau marah jadi geli sendiri, malah akupun menanti2 kedatangannya untuk kupotret.

Setelah bangun aku disuguhi sarapan cheese enchilada dengan telur ceplok. Duh...ga tau lapar atau doyan rasanya uenak buanget!!! Ga lama kemudian kita semua ke rumahnya orang tua Ale yang ga jauh dari rumahnya. Setelah duduk sebentar kita jalan-jalan ke kota San Luis.

Depan rumah Ale (baju merah), Pam, Raul dan Eduardo


Monday, July 14, 2008