Thursday, September 20, 2007

Sahurrrrrrrrr........

Seminggu lebih sudah kita berpuasa namun suasana Ramadhannya belum terasa sama sekali. Cuma lapar, haus dan ngantuk berat yang melanda di siang hari yang menyadarkan bahwa aku sedang berpuasa, selain itu ga ada bau-bau Ramadhannya.

Ah rasanya sedih sekali aku ga bisa menghidupkan suasana Ramadhan yang suci ini. Apa daya jadwal sekolah anak-anak dan kerja ortu yang amburadul bikin kita semua sahur dan iftar di jalannya masing-masing.

Sahur tahun ini supaya semuanya tetap fit dan prima keesokan harinya, sahurnya juga sesuai dengan jadwal masing-masing. Kenapa penting sekali buat kita semua, terutama buat Kendall tetap prima di siang hari? Begini...disini kita adalah minoritas, ga begitu banyak yang tau tentang Islam dan puasa. Tidak seperti di Indonesia, terutama di Aceh tempat asalku. Bulan puasa terasa sekali, bagi yang ga puasapun ga ada pilihan jadi ikut-ikutan berpuasa. Di Aceh, kalau sudah bulan puasa semua aktifitas dan rutinitas juga berubah demi menghormati bulan yang suci ini. Jam kantor dan sekolah juga disesuaikan. Rumah makan dan restoran-restoran boleh berbisnis menjelang waktu berbuka. Di kampus atau sekolah meski proses belajar tetap berjalan, namun suasananya lain sekali. Suasana kampus lebih sepi, kantin tutup jadi ga ada yang kumpul-kumpul. dari mulai dosen sampai mahasiswanya semua berpuasa, jadi yach biar dosen atau mahasiswa sama aja, sama-sama rada ngantuk dan sama-sama lapar. Jadi saling mengerti, saling menghormati, saling menjaga jarak karena sama-sama bau mulut he he he...

Nah disini, misalnya di kelas Kendall cuma dia sendiri yang muslim. Ga ada yang mengerti ibadah yang sedang dia jalankan ini. Aku ga mau orang menyalah artikan kepercayaan kita, ibadah yang paling suci ini. Aku ga mau orang mengasihani kita yang sedang berpuasa. Kita berpuasa bukan untuk dikasihani, karena kita haus dan lapar bukan berarti kita tidak berfungsi, puasa adalah menahan diri, bukan menahan lapar saja. Aku ga mau sampe orang menertawakan apa yang sedang kita jalani. Apalagi Kendall yang masih belum mengerti betul kenapa dia harus berpuasa, pasti kalau ditanya dia juga belum punya jawaban yang afdol untuk mempertahankan yang dipercayainya ini. Makanya aku juga mengirim surat buat gurunya mengatakan bahwa Kendall sedang dalam latihan berpuasa. Aku minta setiap jam makan siang dia dibolehkan di pustaka saja. Juga aku tekankan di dalam surat itu bahwa ini masih dalam proses latihan dan semuanya kuserahkan kepada Kendall. Dia berhak membatalkan puasa kapan saja dia merasa tidak mampu (alhamdulillah sampai sejauh ini dia masih puasa terus di sekolah). Jadi...dengan kondisi yang prima di sekolah orang juga tidak bisa menyepelekan ritual kita ini, ternyata puasa bukan penyiksaan, dan orangpun malah lebih hormat dengan yang kita jalankan kalau kita juga menunjukkan sisi positip dari ibadah ini.

Kembali kepersoalan semula...masalah sahurrrrrrrrrr...
Buat Kendall aku bawakan segelas susu dan sepotong sandwich ke kamarnya saja. Maksudnya supaya dia bisa langsung tidur setelah sahur dan tidak ngantuk di sekolah, jadi bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Buat Mazen sahur juga jamnya dia memang harus siap-siap untuk pergi ke kantor, jadi ga ada pengaruhnya, puasa ga puasa juga bangunnya harus jam segitu. Sedangkan aku karena harus menjaga kualitas tidurku he he... tengah malam aku makan sedikit dan bangun sahurnya selalu sudah dekat sekali dengan waktu subuh. Jadi cuma sempat buat kasih makan Kendall saja, dan aku cuma minum segelas air, sholat subuh dan langsung ke pembaringan lagi.

Ironisnya...wiken di saat kita semua sebenarnya ada kesempatan sahur bersama namun lain lagi ceritanya. Setiap hari Sabtu Kendall selalu ada pertandingan sepak bola. Mengingat puasa ini juga masih proses latihan buatnya jadi aku ga mau begitu memberatkannya. Setiap Sabtu Kendall bebas puasa, yang berarti bebas sahur... lagi-lagi sahur bareng seperti yang kuinginkan belum bisa terlaksana.

Kenapa sih aku ngotot sekali pengen sahur bersama? Toh biar sahur dan iftar di jalan masing-masing semuanya kan menjalan ibadah ini? Gini nih ceritanya... aku dan mimi kan dari dua budaya yang berbeda, anak-anak yang blasteran ini rada bingung juga mau mengklaim dirinya orang apa. Apalagi tinggal disini...gampang sekali menjadi orang Amrik, tapi melestarikan budaya dan agama sulit sekali. Banyak budaya dari daddynya yang diambil, dan aku juga ga mau sampai akar nenek moyangku hilang begitu saja. Aku harus bisa memilah-milah, mana yang harus diambil, mana yang harus dilestarikan dan mana yang harus ditinggalkan. Nah bulan puasa inilah bulan yang aku ingin sekali anak-anak ingat sampai mereka besar nanti sebagai family ritual yang selalu dikenang mereka. Seperti family ritual yang kudapat dari ortuku, sampai sekarang aku ga bisa lupa. Menjadi kenagan yang sangat manis buatku sampai akhir hayatku. Aku ingin anak-anakku juga ingat bulan ini sampai akhir hayat mereka, Insha Allah, amin.

Sahur bersama di Aceh dulu. mami selalu memanggil kami untuk sahur ketika masakan sudah tersedia di meja. Biar sedang ga puasa, semua tetap bangun. Terutama aku selalu takut tidur sendirian mau ga mau ikut juga bangun. Makanan sahur ciri khas mami enak-enak sekali, yang paling laris kalo mami bikin sambal ijo, dimakan dengan daging sie balu atau sie reboh hhhmmmmmm... Selesai sahur sambil menunggu azan ada yang tidur lagi ada yang mengaji. Begitu azan kita semua sholat ke mesjid dekat rumah. Mami ga pernah pulang selesai subuh, selalu nyambung ngaji sampe matahari terbit. Kami semua pulang dan tidur lagi..... Bayangkanlah...kegiatan itu aku jalani dari kecil sampe sudah waktunya aku harus menjalani hidupku sendiri. Begitu indah... aku rindu sekali dengan suasana sahur bersama mami papi, dan saudara-saudara...jalan kaki ke mesjid, sambil ngobrol dengan teman-teman. Ah...si Rini paling setia menungguku untuk subuh dan taraweh. Tidak terasa...suasana itu sudah lama sekali kutinggalkan, 13 tahun lalu. Namun kenangan itu sampai sekarang masih lekat di ingatan.

Sahur kecilku, mungkin tidak akan pernah sama dengan sahur Kendall dan Khadija, tapi kuharap dengan budaya baru ini juga menjadi budaya yang selalu akan dikenang Kendall dan Khadija kelak, Insha Allah.

2 comments:

Alma said...

wahhh gitu ya..emang paling enak sahur rame2..kalo sendiri...nampak gimana gitu. yah kecuali emang lagi shaum sendiri..hehehe. wah hebat kendall udah belajar shaum. salam buat kendall!!

Vie said...

Jadi teringat juga Vi masa kecilnya aku, ato jaman²nya masih tinggal di Medan dulu selama Ramadhan.

Kendall benar² anak yang sholeh! Udah belajar puasa penuh. Terusin ya Ken!