Sunday, September 23, 2007

Iftarrrrrrrr.......

Akhirnya di pertiga Ramadhan baru sekali ini kita bisa berbuka bersama di rumah. Seperti cerita sahurku, iftarku juga setali dua uang sulitnya. Hari-hari biasa karena kerjaan aku ga bisa berbuka bersama keluarga. Kasihan anak-anak selama puasa ini belum pernah kami bersantap bersama menikmati masakanku (aku rasa mereka lebih senang kalo aku ga masak tuh he he...). Selalu Mazen yang ngurusin urusan berbuka, jadi sudah pasti masakannya juga serba instan, atau order saja.

Sementara di akhir minggu kita semua bisa ngumpul, aku selalu pilih berbuka puasa di mesjid. Emang sih rada egois, sudah kebersamaan itu jarang didapat, sekali-kalinya bisa buka bersama akunya malah pergi he he he... Gini nih ceritanya...di mesjid kami sini setiap malam ada acara berbuka bersama. Masakannya giliran yang menyumbang, paling sering adalah masakan dari orang Pakistan. Tahun ini aku ga ikut kontribusi karena waktuku yang terbatas sekali.

Setiap wiken aku masak dech buat Mazen dan anak-anak. Karena menghormati yang berpuasa aku masaknya pasti yang mereka senang, yaitu masakan yang ga pedas alias makanannya orang sinilah. Sementara akukan puasa juga, pengen juga donk buka puasa dengan seleraku. Maklum, lidah melayuku kental sekali, maunya sih yang pedas-pedas. Daripada aku masak dua kali mendingan untuk memenuhi seleraku aku berbuka di mesjid saja kan? Makanannya super lezat, muantap dan pedesss lagi he he he... Nah gitu makanya aku suka ke mesjid. Mazen ga pernah mau berbuka di mesjid karena masakannya itu, dan lagi alasannya mana perut lapar jam bukanya lama sekali karena harus nunggu sholat dan ceramah selesai, dasar!!! Kalau Kendall lain lagi, sekali-kali dia mau juga ke mesjid, tapi selalu pulang dari mesjid harus mampir dulu di Macdie, rupanya dia ga bisa makan sama sekali disana, duh kasihan deh Kendall.

Nah hari ini niatnya ke mesjid lagi, tapi tau-tau Mazen pulang lebih awal. Aku ga ada rencana masak jadi harus mikir lagi buat bukaan nih! Dalam hati pengen banget ke mesjid, tapi demi menghormati Mazen yack aku batalin deh niat itu. Untungnya kemarin aku sempat keluarkan daging steak dari freezer cuma ga sempat aku grill karena masih beku. Suatu kebetulankan?! Akhirnya dengan bantuan Mazen juga jadi jugalah steak yang super kilat ini, dimakan bersama rice-roni dan salad. Ah buka puasa bersama pertama kalau untuk Mazen ini sudah hebat sekali, tapi buatku...sambil makan yang dikepala asik ngebayangin nasi briani di mesjid terus ha ha ha....


Thursday, September 20, 2007

Sahurrrrrrrrr........

Seminggu lebih sudah kita berpuasa namun suasana Ramadhannya belum terasa sama sekali. Cuma lapar, haus dan ngantuk berat yang melanda di siang hari yang menyadarkan bahwa aku sedang berpuasa, selain itu ga ada bau-bau Ramadhannya.

Ah rasanya sedih sekali aku ga bisa menghidupkan suasana Ramadhan yang suci ini. Apa daya jadwal sekolah anak-anak dan kerja ortu yang amburadul bikin kita semua sahur dan iftar di jalannya masing-masing.

Sahur tahun ini supaya semuanya tetap fit dan prima keesokan harinya, sahurnya juga sesuai dengan jadwal masing-masing. Kenapa penting sekali buat kita semua, terutama buat Kendall tetap prima di siang hari? Begini...disini kita adalah minoritas, ga begitu banyak yang tau tentang Islam dan puasa. Tidak seperti di Indonesia, terutama di Aceh tempat asalku. Bulan puasa terasa sekali, bagi yang ga puasapun ga ada pilihan jadi ikut-ikutan berpuasa. Di Aceh, kalau sudah bulan puasa semua aktifitas dan rutinitas juga berubah demi menghormati bulan yang suci ini. Jam kantor dan sekolah juga disesuaikan. Rumah makan dan restoran-restoran boleh berbisnis menjelang waktu berbuka. Di kampus atau sekolah meski proses belajar tetap berjalan, namun suasananya lain sekali. Suasana kampus lebih sepi, kantin tutup jadi ga ada yang kumpul-kumpul. dari mulai dosen sampai mahasiswanya semua berpuasa, jadi yach biar dosen atau mahasiswa sama aja, sama-sama rada ngantuk dan sama-sama lapar. Jadi saling mengerti, saling menghormati, saling menjaga jarak karena sama-sama bau mulut he he he...

Nah disini, misalnya di kelas Kendall cuma dia sendiri yang muslim. Ga ada yang mengerti ibadah yang sedang dia jalankan ini. Aku ga mau orang menyalah artikan kepercayaan kita, ibadah yang paling suci ini. Aku ga mau orang mengasihani kita yang sedang berpuasa. Kita berpuasa bukan untuk dikasihani, karena kita haus dan lapar bukan berarti kita tidak berfungsi, puasa adalah menahan diri, bukan menahan lapar saja. Aku ga mau sampe orang menertawakan apa yang sedang kita jalani. Apalagi Kendall yang masih belum mengerti betul kenapa dia harus berpuasa, pasti kalau ditanya dia juga belum punya jawaban yang afdol untuk mempertahankan yang dipercayainya ini. Makanya aku juga mengirim surat buat gurunya mengatakan bahwa Kendall sedang dalam latihan berpuasa. Aku minta setiap jam makan siang dia dibolehkan di pustaka saja. Juga aku tekankan di dalam surat itu bahwa ini masih dalam proses latihan dan semuanya kuserahkan kepada Kendall. Dia berhak membatalkan puasa kapan saja dia merasa tidak mampu (alhamdulillah sampai sejauh ini dia masih puasa terus di sekolah). Jadi...dengan kondisi yang prima di sekolah orang juga tidak bisa menyepelekan ritual kita ini, ternyata puasa bukan penyiksaan, dan orangpun malah lebih hormat dengan yang kita jalankan kalau kita juga menunjukkan sisi positip dari ibadah ini.

Kembali kepersoalan semula...masalah sahurrrrrrrrrr...
Buat Kendall aku bawakan segelas susu dan sepotong sandwich ke kamarnya saja. Maksudnya supaya dia bisa langsung tidur setelah sahur dan tidak ngantuk di sekolah, jadi bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Buat Mazen sahur juga jamnya dia memang harus siap-siap untuk pergi ke kantor, jadi ga ada pengaruhnya, puasa ga puasa juga bangunnya harus jam segitu. Sedangkan aku karena harus menjaga kualitas tidurku he he... tengah malam aku makan sedikit dan bangun sahurnya selalu sudah dekat sekali dengan waktu subuh. Jadi cuma sempat buat kasih makan Kendall saja, dan aku cuma minum segelas air, sholat subuh dan langsung ke pembaringan lagi.

Ironisnya...wiken di saat kita semua sebenarnya ada kesempatan sahur bersama namun lain lagi ceritanya. Setiap hari Sabtu Kendall selalu ada pertandingan sepak bola. Mengingat puasa ini juga masih proses latihan buatnya jadi aku ga mau begitu memberatkannya. Setiap Sabtu Kendall bebas puasa, yang berarti bebas sahur... lagi-lagi sahur bareng seperti yang kuinginkan belum bisa terlaksana.

Kenapa sih aku ngotot sekali pengen sahur bersama? Toh biar sahur dan iftar di jalan masing-masing semuanya kan menjalan ibadah ini? Gini nih ceritanya... aku dan mimi kan dari dua budaya yang berbeda, anak-anak yang blasteran ini rada bingung juga mau mengklaim dirinya orang apa. Apalagi tinggal disini...gampang sekali menjadi orang Amrik, tapi melestarikan budaya dan agama sulit sekali. Banyak budaya dari daddynya yang diambil, dan aku juga ga mau sampai akar nenek moyangku hilang begitu saja. Aku harus bisa memilah-milah, mana yang harus diambil, mana yang harus dilestarikan dan mana yang harus ditinggalkan. Nah bulan puasa inilah bulan yang aku ingin sekali anak-anak ingat sampai mereka besar nanti sebagai family ritual yang selalu dikenang mereka. Seperti family ritual yang kudapat dari ortuku, sampai sekarang aku ga bisa lupa. Menjadi kenagan yang sangat manis buatku sampai akhir hayatku. Aku ingin anak-anakku juga ingat bulan ini sampai akhir hayat mereka, Insha Allah, amin.

Sahur bersama di Aceh dulu. mami selalu memanggil kami untuk sahur ketika masakan sudah tersedia di meja. Biar sedang ga puasa, semua tetap bangun. Terutama aku selalu takut tidur sendirian mau ga mau ikut juga bangun. Makanan sahur ciri khas mami enak-enak sekali, yang paling laris kalo mami bikin sambal ijo, dimakan dengan daging sie balu atau sie reboh hhhmmmmmm... Selesai sahur sambil menunggu azan ada yang tidur lagi ada yang mengaji. Begitu azan kita semua sholat ke mesjid dekat rumah. Mami ga pernah pulang selesai subuh, selalu nyambung ngaji sampe matahari terbit. Kami semua pulang dan tidur lagi..... Bayangkanlah...kegiatan itu aku jalani dari kecil sampe sudah waktunya aku harus menjalani hidupku sendiri. Begitu indah... aku rindu sekali dengan suasana sahur bersama mami papi, dan saudara-saudara...jalan kaki ke mesjid, sambil ngobrol dengan teman-teman. Ah...si Rini paling setia menungguku untuk subuh dan taraweh. Tidak terasa...suasana itu sudah lama sekali kutinggalkan, 13 tahun lalu. Namun kenangan itu sampai sekarang masih lekat di ingatan.

Sahur kecilku, mungkin tidak akan pernah sama dengan sahur Kendall dan Khadija, tapi kuharap dengan budaya baru ini juga menjadi budaya yang selalu akan dikenang Kendall dan Khadija kelak, Insha Allah.

Wednesday, September 12, 2007

Ramadhan Kareem

Tak terasa akhirnya Ramadhan pun tiba. Setelah bertahun-tahun dimanja dengan nikmatnya puasa di negeri Paman Sam ini yang selalu jatuhnya bertepatan di musim dingin (dimana panjangnya siang begitu singkat), akhirnya harus membiasakan diri lagi berpuasa di waktu siang yang relatif panjang. Yach...puasa kali ini juga akan berakhir sebelum daylight saving time ends.

Perlahan-lahan waktu bergeser...akhirnya puasa tahun ini yang untuk pertama kalinya akan kurasakan di awal musim gugur. Dimana udara mulai sejuk namun panjangnya siang termasuk relatif normal untuk kita yang tinggal di negara tropik. Nikmat puasa di musim dingin hampir berakhir, aku harus membiasakan diri lagi berpuasa seperti dulu lagi. Menahan haus dan lapar di waktu yang cukup panjang.

Insha Allah...dengan kekuatan yang diberikan Allah kita semua bisa menjalankan ibadah puasa ini dengan baik. Puasa yang berat dan banyak godaan juga berkahnya lebih besar. Semoga amal ibadah kita di bulan suci ini diterima Allah SWT...maafkan salah dan khilafku memasuki bulan nan suci ini. Selamat menunaikan ibadah puasa buat semuanya, semoga niat yang baik diberkati Allah SWT, Amin.

Sunday, September 02, 2007

Renungan untuk Sahabat

Seminggu sudah sejak kepergiannya namun sampai hari ini masih sulit dipercaya bahwa dia memang sudah pergi untuk selamanya, mendahului kami semua. Dek Ayie seorang sahabat yang sangat baik, berhati lembut dan bertutur sangat halus. Berteman dengannya tak pernah sekalipun dia menyakiti hati atau perasaanku, begitu rendah diri dan setia.

Terakhir aku berjumpa dengannya tiga tahun yang lalu. Dek Ayie sudah berkeluarga dan berdomisili di Meulaboh, menyempatkan diri di sela-sela kesibukan kerjanya pulang ke Banda Aceh untuk menemuiku. Kami hanya sempat bertemu sehari karena besoknya dia sudah harus kembali lagi ke Meulaboh. Pertemuan yang cukup singkat itu benar-benar berarti buatku. Dek Ayie yang aku kenal dulu jauh berbeda dengan dek Ayie yang kujumpai saat itu. Perkawinan dan karir yang dimilikinya menjadikan ia seorang wanita yang utuh, lebih cerah dan percaya diri. Begitu positip dan semangat, meski bobot tubuhnya yang semakin menurun. Tak bisa kubayangkan dia yang selalu dibawah katagori langsing bisa menjadi lebih ramping. Begitu kurus, begitu kuyu, namun begitu semangat dan cerianya masih jelas tersirat di wajahnya menatap hidupnya yang baru, membangun mimpi-mimpi memiliki buah hati dan menapak karir yang semakin bagus.

Tak disangka...kehidupan baru yang indah ini juga harus dilalui dengan perjuangan. Kesehatan dek Ayie semakin menurun. Menurut informasi teman-teman dia selalu merasa sakit di jantungnya. Hingga akhirnya jantung dek Ayie membengkak dan diapun pergi selama-lamanya.

Dek Ayie...hanya doa yang bisa kukirimkan buatmu, sahabat. Semoga engkau tenang dan ditempatkan di dalam surga. Maafkan semua salah dan khilafku selama ini. Pergilah dek Ayie, istirahatlah disana. Aku tau kau lelah selama ini...istirahatlah... Kebahagiaan yang kau miliki di dunia fana ini begitu singkat. Tuhan menyayangimu Dek Ayie, Dia mengambilmu, memberimu kebahagiaan yang kekal. Bahagia yang mutlak, yang tak perlu kau bayar dengan tetas air mata. Bahagia itu milikmu...amal ibadahmu mengantarmu ke istana itu dek Ayie.

Tak ada hikmah yang lebih baik dari kepergianmu sahabat...bahwa sebenarnya kapan saja kalau sudah saatnya, aku juga akan pergi bersamamu. Tapi Allah memilihmu karena Dia tau kaulah yang terbaik. Sementara aku tertinggal...diberi kesempatan lagi. Innalilahi wainnailaihi rajiun. Banyak peringatan yang sudah Kau tunjukkan, ampuni aku ya Allah, jangan jadikan aku insan yang sia-sia.