Saturday, May 26, 2007

Kue ulang tahun untuk sahabat...Icut



Dari seberang benua kukirimkan kue ulang tahun ini sahabat... meski ku tau 5 tahun ke depan belum tentu tulisan ini terlirik olehmu. Biarlah...kutulis jua untukmu sebagai tanda bahwa aku tak pernah lupa dan berharap kita bersama hari ini merayakan ultahmu.

Icut sahabat tercinta... sampe sekarang belum pernah aku jumpa orang seperti kamu. Jalan hidupmu benar-benar luar biasa yang menjadikan Icut seorang pribadi yang sangat istimewa, sabar, cantik, lembut dan banyak lagi dech aku ga sanggup nyebutinnya... pokoknya super dech!!! Mudah-mudahan dikau tidak akan pernah berubah say...

Icut...kadang aku sering menangis mengingat persahabatan kita...mengingat jalan hidup yang harus kita lalui terutama setelah kita berumah tangga...Icut sudah melewati semuanya dengan kemenangan...mungkin inilah buah kesabaranmu yach...sedangkan aku rasanya masih seperti di terowongan yang sampai kini masih belum kelihatan titik terangnya, ujung keluarnya. Atau mungkin aku ga sesabar Icut yach sehingga indahnya hiasan di dinding kiri kanan terowongan ini tidak kelihatan karena berharap melihat yang jauh lebih indah lagi diluar sana. Aku tidak melihat apa yang telah aku miliki sebenarnya adalah hadiah yang tanpa sadar sebenarnya aku tidak pernah berjuang untuk memperolehnya. Ya Allah...mengapa aku sering lupa?!

Begitu memasuki mahligai rumah tangga Icut dikarunia seorang putri cantik, Fania. Setelah itu pasangan Icut-Edy ini pengen nambah momongan lagi...namun Allah berkehendak lain, Icut keguguran terus (dua kali barangkali yach?!).

Beberapa tahun kemudian...persis di hari yang seharusnya sangat membahagiakan buat kami semua (aku sedang merayakan syukuran perkawinannya kak Lensi dan Mike) aku dapat telpon dari papi bahwa bapah Icut yang seorang Jendral dan mantan wagub tertembak mati oleh orang tak dikenal. Bagai petir di siang bolong menghentak bumi...berita itu sungguh menyedihkan. Bapah Icut yang biar penampilan kadang seram tapi luar biasa hatinya... Terbayang kalau sedang main ke rumah Icut kita semua harus sholat berjamaah bersama bapah... ingat waktu jalan-jalan di Bandung bapah bawa kita ke Tangkuban Perahu"... aku malah dikasih duit lagi, pas banget emang udah bokek berat...duit ngepas buat tiket pulang...oh dapat rezeki.

Kepergian bapah ini benar-benar tidak membantu program nambah anak buat Icut. Bagaimana mungkin...stress mendampingi suami yang sedang sekolah dan musibah membuat Icut keguguran lagi...

Akhirnya...sekolah sang suami selesai...bayangan kepergian bapah mulai berkurang barangkali. Icut kembali ke Aceh dan hamil lagi. Karena beberapa kali keguguran kali ini kandungannya harus ekstra hati-hati. Icut harus bed rest terus untuk beberapa bulan... Alhamdulillah semuanya berjalan lancar...

Sampai akhirnya...hari yang paling bersejarah di dunia itu tiba..."tsunami". Gelombang raksasa ini menghantam habis kota Banda Aceh. Tak pernah kusangka selain saudara-saudaraku, Icut dan keluarga juga salah satu dari ratusan ribu orang yang berjuang untuk hidup. Aku tau, ini kenangan yang tak mau dikenang olehmu...tapi inilah perjuangan hidup yang kau lalui hingga kemenangan itu akhirnya menjadi milikmu Cut. Icut dengan kandungan yang sudah memasuki 7 bulan lebih berjuang dalam gelombang dan hantaman serpihan berjuta-juta puing-puing yang ntah darimana datangnya. Tidak hanya dirimu yang harus diselamatkan Icut sanggup melawan arus menyelematkan Fania lagi...Alhamdulillah semua keluarga Icut selamat.

Dengan berat hati Icut dan keluarga harus pindah ke Jakarta...dengan hati yang hancur dan duka yang dalam. Banda Aceh menjadi mimpi buruk buat Icut...kepergian bapah dan tsunami, semuanya terjadi di tempat yang sama.

Sebulan kemudian Icut melahirkan bayi yang sehat. Bukankah ini sebuah miracle? Lihatlah...kadang kita ngotot untuk mendapatkan sesuatu, susah payah kita menjaganya, namun kalau itu bukan milik kita, kita tidak akan pernah memilikinya. Namun kalau Allah sudah berkehendak...yang tidak pernah terimpikanpun bisa menjadi nyata.

Setahun lalu aku jumpa Icut di Jakarta. Sehari penuh kami bersama...tapi Icut agak kurang nafsu makannya, ga seperti aku. Belakangan baru tau rupanya Icut hamil lagi... wuah...kali ini benar-benar ga plan katanya.

Sembilan bulan kemudian lahirlah putra Icut... tapi hanya bertahan beberapa minggu. Bayi laki-laki Icut meninggal dunia karena jantungnya melemah. Masha Allah...cobaan beruntun menimpanya. Kini Icut kembali lagi ke Banda Aceh...mencoba menata hidup kembali. Memungut kembali serpihan yang jatuh...akibat tsunami dan hati yang pilu. Hidup harus berjalan...Icut menjadi seorang yang kuat, wanita yang luar biasa...

Selamat ulang tahun Icut sayang... nikmatilah buah yang kau tanam dulu, petiklah hasilnya kini...anak-anak yang sehat dan cantik dan keluarga yang bahagia. Kembalinya Icut ke Banda Aceh memang keputusan yang terbaik, buat mamah...dan buat Aceh juga. Tanah Rencong membutuhkan uluran tangan bapak dokter. I miss you Cut... tak terasa...air matapun berlinang sewaktu aku menulis ini...untukmu sahabatku.

Terakhir jumpa di Jakarta, Maret 2006.

No comments: